POKOK BAHASAN
A. Pengenalan Ilmu Sains
B. Karakteristik Sains
C. Metode Ilmiah
D. Penulisan Laporan Ilmiah
E. Keterbatasan dan Keunggulan Metode Ilmiah
BAHASAN
A. Pengenalan Ilmu sains
Sains mempelajari gejala-gejala alam yang meliputi mahluk hidup dan mahluk tak hidup atau sains tentang kehidupan dan sains tentang dunia fisik. Sains tentang kehidupan meliputi biologi, zoologi dan botani, sedangkan sains fisik meliputi fisika, kimia, geologi dan astronomi.
Fisika tidak hanya merupakan bagian dari sains dunia fisik, namun merupakan dasar sains. Fisika mempelajari gaya, gerak, energi, materi, panas, bunyi, cahaya, dan atom. Kimia mempelajari bagaimana atom berikatan membentuk molekul, bagaimana molekul membentuk berbagai zat yang ada di sekeliling kita. Biologi mempelajari hal-hal yang lebih komplek dan melibatkan zat-zat yang berkaitan dengan kehidupan. Untuk menerangkan biologi diperlukan pengetahuan kimia dan untuk menjelaskan kimia diperlukan pengetahuan fisika, konsep-konsep dalam fisika membangun konsep sains yang lebih rumit dan diperlukan pengetahuan matematika. Oleh karena itu, fisika merupakan pengetahuan dasar sains.
B. Karakteristik Sains.
Pengetahuan sains diperoleh dan dikembangkan dengan berlandaskan pada serangkaian penelitian yang dilakukan oleh sainstis dalam mencari jawaban pertanyaan ” apa, mengapa, dan bagaimana ” dari gejala-gejala alam serta penerapannya dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari yang melibatkan keterampilan sains dan penalaran. Sains terdiri dari pengetahuan ilmiah temuan sainstis berupa fakta-fakta,konsep, teori, dan hukum sains dan proses dalam memperoleh serta mengembangkan pengetahuan sains berupa keterampilan sains kerja ilmiah dan sikap / nilai ilmiah.
Keterampilan sains meliputi mengamati, mengukur, mengelompokkan,mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan, berhipotesis, mengendalikan variabel, melakukan percobaan, mengolah dan menganalisis data serta mengkomunikasikan hasil.
Melalui kerja ilmiah dapat dikembangkan sikap ilmiah dan nilai ilmiah yang meliputi sikap jujur, rasa ingin tahu yang tinggi, tekun,cermat, dan peduli lingkungan.
Dalam mempelajari bahan kajian sains, untuk mengembangkan sejumlah keterampilan ilmiah diperlukan metode ilmiah. Metode ilmiah sangat efektif untuk memperoleh, mengorganisasi, dan menerapkan pengetahuan baru.
Metode ini dikenalkan pada abad ke 16 oleh Galileo Galilei, yang meliputi menemukan masalah, membuat hipotesa, melakukan penelitian, merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesa. Untuk mengetahui tentang metode ilmiah, simaklah materi metode ilmiah pada sub bab C.
C. Merode Ilmiah
Metode ilmiah adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu adalah pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah.
Metode ilmiah adalah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Jadi metode ilmiah adalah pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode.
Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu. Sebab ilmu merupakan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu pengetahuan dapat disebut ilmu dan dikatakan ilmiah adalah sebagai berikut :
1. Obyektif, artinya pengetahuan sesuai dengan obyeknya atau didukung metodik fakta empiris.
2. Metodik, artinya pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol.
3. Sistematik, artinya pengetahuan itu disusun dalam suatu sistem yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menjelaskan, sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.
4. Berlaku umum, artinya pengetahuan itu tidak hanya atau dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama.
1. Kriteria Metode Ilmiah
Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah,maka metode ilmiah harus mempunyai kriteria sebagai berikut :
a. Berdasarkan fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dari penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan dianalisis haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasarkan pada daya khayal,legenda.
b. Bebas dari prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka,bersih, dan jauh dari pertimbangan suyektif.
c. Menggunakan prinsip-prinsip analisisi
Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang komplek, harus digunakan prinsip-prinsip analisis, semua masalah harus dicari sebab musabab serta pemecahannya dengan analisis yang logis.
d. Menggunakan Hipotesis
Dalam metode ilmiah, sainstis harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisis. Hipotesis harus ada untuk menggolongkan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai, sehingga hasil yang diinginkan akan mengenai sasaran yang tepat.
e. Menggunakan Ukuran Obyektif
Kerja penelitian dan analisis harus dinyatakan dengan ukuran yang obyektif. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara obyektif dengan menggunakan akal yang sehat.
f. Menggunakan Teknik Kuantitatif
Ukuran seperti meter, detik, kilogram, ohm dan sebagainya harus selalu digunakan. Hindari ukuran seperti sejauh mata memandang, sehitam aspal, dan sebagainya sebagai ukuran kuantitatif. Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, rangking, dan rating.
2. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap permasalahan yang sedang kita hadapi yang kebenarannya masih harus diuji. Secara empiris, hipotesis pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya. Bagaimanakah cara merumuskan hipotesis ? Tidak ada aturan yang umum. Namun, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut : hipotesis hendaknya menyatakan peraturan-peraturan antara dua variabel, dinyatakan dalam kalimat pernyataan, dirumuskan jelas, dapat diuji, artinya hendaklah orang mungkin mengumpulkan data guna menguji kebenaran hipotesis tersebut.
3.Operasionalisasi Metode Ilmiah
Alur berpikir yang mencakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam langkah-langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Berpikir ilmiah terdiri dari langkah-langkah yang disebut langkah-langkah operasional metode ilmiah,yaitu sebagai berikut :
a. Perumusan Masalah
Masalah merupakan pertanyaan,apa, mengapa, atau bagaimana tentang obyek yang diteliti yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
b. Perumusan Kerangka Berpikir dalam Pengajuan Hipotesis
Argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling terkait dan membentuk konstelasi permasalahan.Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
c. Perumusan Hipotesis
Merupakan jawaban sementara atau dugaan sementara jawaban pertanyaan yang di ajukan materinya.
d.Pengujian Hipotesis
Merupakan langkah-langkah pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperhatikan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
e. Menentukan Langkah Kerja
Dalam penentuan langkah kerja,harus dicantumkan kegiatan, tempat pengumpulan data, perlengkapan yang harus diambil petugas data, dan rancangan hasil analisis data.
f. Menentukan Cara Mengolah Data
Analisis data merupakan pekerjaan yang sulit. Data dapat disajikan di dalam tabel,matriks,grafik. Data yang diperoleh dapat dianalisis secara statistik dan non statistik.Tampilan dapat berupa grafik batang, histogram, poligon, gambar maupun skema.
g. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan dapat diterima atau di tolak.Apabila dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukupmendukung hipotesis, maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya, jika dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis, maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian daripengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuwan,yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya dan telah teruji kebenarannya.
Pengertian kebenaran di sini harus ditafsirkan secara pragmatis. Artinya, bahwa sampai saat ini belumterdapat fakta yang menyatakan sebaliknya.
Metode ilmiah adalah penting bukan saja dalamproses penemuan pengetahuan,namun yang lebih penting adalah mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada masyarakat ilmuwan. Metode ilmiah pada dasarnya adalah sama bagi semua disiplin ilmu baik yang termasuk dalam ilmu alam maupun ilmu sosial.
D. Penulisan Laporan Ilmiah
Penelitian akan menjadi suatu penelitian ilmiah apabila hasil penelitian ditulis dalam bentuk laporan ilmiah. Penulisan laporan ilmiah perlu dilakukan sebagai media komunikasi antara sainstis dan pihak lainnya. Sebelummenulis laporan ilmiah sainstis terlebih dahulu membuat kerangka tulisan ( out line ).Dengan adanya outline, sainstis dapat melihat apakah semuamateri telah dimasukkan atau ada yang tertinggal.
Pedoman dalam membuat outline adalah sebagai berikut :
1. Buatlah outline sesederhana mungkin.
2. Kembangkanlah outline dengan cara menambahkan judul, sub judul,bagian, sub bagian
dari masing-masing bagian.
3. Kembangkan outline lebih lanjut dengan mengatur kembali topik yang ingin di analisis
dalam pengaturan yang efektif dan rasional
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan ilmiah adalah sbb :
1. Tulislah kalimat dengan jelas dan efektif.
2.Gunakan tata bahasa dengan ejaan yang benar.
3. Gunakan kalimat aktif sebanyakmungkin.
4. Berilah nomor pada setiap bab, sub bab, dan gambar-gambar dengan sistematis.
Penulisan laporan ilmiah terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian awal, bagian tubuh, dan bagian akhir.
1. Bab I Pendahuluan
Pada babI tentang pendahuluan dijelaskan tentang latar belakang masalah dan tujuan penelitian. Latar belakang masalah berisi informasi tentang suatu masalah penelitian, ruang lingkup penelitian, serta alasan pentingnya penelitian dilakukan. Tujuan penelitian adalah pernyataan tentang yang ingin diketahui.
2. Bab II Landasan Teori
Pada bab ini dijelaskan tentang teori-teori yang digunakan untuk mendukung proses penelitian. Hanya teori-teori yang relevan saja yang dimasukkan pada bab ini.
3. Bab III Metodologi Penelitian
Pada bab ini dijelaskan tentang obyek penelitian, alat ukur penelitian, teknik pengambilan data, dan cara menganalisis. Obyek penelitian menjelaskan tentang apa yang menjadi obyek penelitian. Pada bab ini, saintis juga menjelaskan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dapat saja dengan cara kuesioner tergantung kebutuhan penelitiannya. Untuk dapat mengolah data, selain perlu adanya landasan teori, juga diperlukan alat ukur.
4.Bab IV Analisis dan Hasil Penelitian
Pada bagian ini, sainstis menjelaskan tentang gambaran data. Analisis data dan hasil penelitian.Gambaran data disajikan dalam bentuk data yang mudah di analisis, misalnya dalam bentuk tabel atau diagram. Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis. Banyak yang berpendapat bahwa mutu penelitian dilihat dari bagaimana sainstis menganalisis. Mutu dari suatu penelitian dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain sasaran pada tujuan penelitiannya, kedalaman, keluasan dan ketajaman analisis.
Seluruh hasil analisis sebaiknya dikumpulkan dulu, karena akan ditindaklanjuti dengan analisis berikutnya, yaitu interpretasi.Dengan melakukan interpretasi, sainstis dapat menghasilkan beberapa informasi baru yang sasarannya tetap pada mencari jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan.
5.Bab V Kesimpulan dan Saran
Dari hasil bab IV perlu dibuat hasil kesimpulan.Kesimpulannya dapat berupa ringkasan dari hasil penelitian maupun jawaban atas rumusan yang telah ditetapkan pada bagian awal penelitian.
E. Keterbatan dan Keunggulan Metode Ilmiah
Dengan metode ilmiah dapat dihasilkan pengetahuan ilmiah.Kita sudah mengetahui bahwa data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan ilmiah berasal dari data pengamatan. Kita melakukan pengamatan dengan panca indera yang mempunyai keterbatasan kemampuan menangkap suatu fakta. Jadi, kemungkinan keliru dari kesimpulan ilmiah tetap ada. Oleh karena itu, kebenaran ilmiah bersifat tentatif. Artinya, sebelum ada kebenaran ilmu yang dapat menolak kesimpulan maka kesimpulan itu dianggap benar. Sebaliknya kesimpulan yang dapat menolak kesimpulan ilmiah yang terdahulu, menjadi kebenaran yang baru.
Keunggulan metode ilmiah memupuk sifat obyektif, metodik, sistematik yang merupakan ciri khas pengetahuan ilmiah yang akan membimbing kita pada sikap ilmiah terpuji sebagai berikut :
1.Mencintai kebenaran yang obyektif, bersifat adil.
2.Menyadari bahwa kebenaran ilmu tidak bersifat mutlak, halini dapat menanamkan sifat mencari kebenaran.
3.Metode ilmiah membimbing kita bersikap optimis, teliti, dan berani membuat pernyataan yang menurut keyakinan ilmiah adalah benar.
4.Metode ilmiah membimbing kita untuk tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti yang nyata.